Friday 13 September 2013

KETIGA MENANTI JODOH YANG TAK KUNJUNG DATANG ADALAH

 3. Bahaya Terlalu Lama Menyendiri ( Membujang)

       Merasa sendiri di tengah hiruk-pikuk kehidupan adalah tekanan mental yang pada gilirannya akan melahirkan berbagai macam penyakit kejiwaan. Penyakit ini lebih disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak bersahabat dengan mereka yang dianggap terlambat menikah.

       Bagi mereka yang memiliki kesibukan tersendiri apalagi seorang yang dekat dengan Islam, kondisi ini dianggap cobaan hidup dan akan semakin mendekatkan diri kepada Sang pencipta. Namun bagi mereka yang jauh dari nilai-nilai Islam akan sangat berbahaya. Diantara bahaya itu adalah :

A. Kurang Percaya Diri (Minder)

       Tak jarang mereka yang masih sendiri sementara usianya sudah lebih dari cukup untuk menikah, memvonis dirinya sebagai sosok yang gagal. Ia menganggap dirinya tidak menarik, terbukti tidak ada orang yang mau menikah dengannya.
       Penyakit Minder ini hakekatnya lebih banyak disebabkan factor lingkungan yang dianggapnya mereka yang terlambat mendapatkan jodoh itu sebagai orang yang tidak laku. Padahal dalam Islam tidak ada orang yang tidak laku, namun mungkin takdirnya belum sampai kesana atau usahanya belum maksimal.
       Bahaya yang mungkin terjadi akibat minder ini, mereka semakin membatasi diri dengan pergaulan karena malu dengan lingkungan. Padahal seharusnya semakin agresif dan aktif berada di lingkungannya baik dalam kerangka organisasi atau wadah lainnya yang mungkin dapat berinteraksi dengan lawan jenisnya.
       Dengan demikian, alangkah naifnya jika mereka yang ingin segera mendapatkan jodoh, tapi mengurung diri di rumah sambil menanti bintang jatuh dari langit, jelas keliru.

B. Penyimpangan Perilaku

       Sebagaimana diungkapkan dalam pengantar, seks ibarat air, jika tidak disediakan saluran yang jelas, akan mengalir ke mana saja yang dikehendaki. Juga jika dibendung tanpa penyaluran, akan mengundang penyakit karena air yang mengenang biasanya sumber penyakit.

       Sama halnya dengan seks, jika dibendung dalam waktu yang lama, akan mengakibatkan tekanan mental atau stress yang berkepanjangan. Jika tidak disalurkan lewat saluran yang pasti (sah), Ia mungkin akan mengalir lewat celah-celah penyimpangan seks berupa kegemaran pada hal-hal yang berbau pornografi yang didapat lewat internet,video, tabloid, majalah dan stensilan yang semuanya mengekspose seksualitas. Bisa juga pada pelacuran,praktek “hidup bersama” atau “kumpul kebo atau lebih ringannya lewat masturbasi.

       Bagi mereka yang tidak bermoral, jika desakan-desakan atau dorongan seks sudah sangat memuncak, maka nafsu init oh bisa dipuaskan dengan membeli kesenangan seks di “warung-warung tresna “atau”kedai-kedai cinta” tertentu. Orang penganut pendirian : “Jika bisa membeli satu kilo  daging, mengapa harus membeli lembu seekor?”

       Terlebih lagi di era modern ini ketika aurat wanita begitu mudah dilihat dimana-mana; dijalanan, hal ini sedikit banyak akan membangkitkan nafsu birahi. Bagi mereka yang telah menikah, akan mudah menyalurkannya, namun bagi yang belum, hanya akan memunculkan fantasi jorok atau menimbulkan pemuasan seks di luar jalur nikah (Berzina).

       “ Jika salah seorang diantara kalian melihat (aurat) wanita dan merasa tertarik, hendaklah segera pulang dan mendatangi istrinya, sebab dia memiliki apa yang dimiliki wanita tadi.” (HR.Tirmidzi)

       Terbukti, mereka yang terlalu lama menyadari karena faktor  tertentu banyak beralih ke pemuasan seks diluar norma-norma hukum formal, baik yang sifatnya temporer maupun permanen. Alasan mereka berbuat seperti itu adalah sebagai berikut :

       Pertama, lebih ekonomis, karena tidak memerlukan pengeluaran uang untuk upacara-upacara resmi, dan tidak usah membayar biaya nikah serta maskawin. Juga seandainya setiap saat akan terjadi “perceraian” dan harus berpisah satu sama lain, maka orang tidak perlu rebut-ribut melaporkan ke kantor urusan agama; juga tidak perlu mengeluarkan ongkos membayar proses perceraian. Kemudian orang akan dengan mudah memungut lagi partner tidur yang baru. Ringkasnya, tanpa mengikuti norma-norma hukum  dengan macam-macam restriksi social, relasi hidup bersama itu terasa lebih longgar dan lebih ekonomis.

       Kedua, Menghindari macam-macam pertanggungan jawab dalam perkawinan, sehingga ada lebih banyak kebebasan untuk menyeleksi partner, berpisah, dan berganti kawan serumah; juga lebih merdeka dalam bertingkah laku, karena tidak diikat oleh norma-norma tertentu.

       Ketiga, bisa memuaskan kelaparan seksual (khususnya secara fisik) dengan relasi-relasiseksual klandestin. Dengan kemudahan-kemudahan tersebut di atas, banyak orang-orang kota terutama dinegara-negara Eropa dan Amerika Serikat yang secara materil sangat maju lebih suka memilih pola hidup tidak kawin; akan tetapi toh masih bisa “hidup bersama” dan memuaskan dorongan-dorongan seksnya dengan affair-affair gelap.
       Dalam Islam, Jangankan Zina mendekati-nya pun diharamkan :

“ Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk “. (Q.S.Bani Isroil : ayat 32).

C. Berperilaku Infantil dan Destruktif

       Perilaku infantile adalah perilaku yang kembali ke belakang pada usia ketika masih muda. Hal ini menyangkut cara berbicara, berpakaian dan bertingkah laku. Ia seolah mendapat kenikmatan dengan perilaku itu. Tak jarang kita temukan mereka yang telah cukup umur (tua) berperilaku seperti ABG atau layaknya anak remaja, ia berpakaian super seksi dengan dandanan norak dan bicara ceplas-ceplos layaknya anak usia remaja, jelas sangat menggelikan.

       Perilaku ini sebagai akibat keputusasaan yang dialaminya karena hingga usianya yang mencapai kepala tiga belum juga mendapatkan jodoh hingga ia berfikir dengan berperilaku ABG akan banyak dipraktekkan. Fenomena wanita berperilaku destruktif berupa berpakaian ketat, telanjang dada, rok mini, you can see, dan memakai aksesoris tertentu yang mencolok sangat erat kaitannya dengan keputusasaan ini. Begitu juga laki-laki yang berperilaku destruktif  dengan beranting, sering nongkrong di gang atau pinggir jalan, pakaian robek-robek, dan mabuk-mabukan adalah ekspresi ingin diperhatikan oleh lawan jenisnya. Padahal perilaku ini bukannya menambah nilai tapi justru merusak diri sendiri.

D. Antipati Terhadap Lawan Jenis

       Pada beberapa kasus, laki-laki atau wanita yang terlalu lama menyendiri, justru menjadi antipati terhadap lawan jenisnya. Ia menjadi kekuatan jika harus dihadapkan dengan lawan jenisnya. Sehingga tak jarang ia mencari pasangan dari jenisnya sendiri.

       Mereka yang berperilaku seks menyimpang seperti homoseksual atau lesbian, terjerumus kelembah hitam itu karena kekecewaannya terhadap masa lalu dari kehidupannya yang tidak juga mendapatkan pasangan hidup. Pelarian kearah ini jelas akibat tekanan mental yang hebat sehingga ia tidak bisa lagi menahan beban hidup dan terjerumus ke lembah homo atau lesbi.

E. Toleransi Berlebihan (Jual Murah)

       Ini kebalikan dengan poin diatas. Mereka yang terlalu lama menyendiri, terutama wanita, dalam beberapa kasus tertentu sangat toleran terhadap lawan jenisnya. Ia begitu mudah diajak oleh siapapun tanpa memandang apakah laki-laki itu layak atau tidak. Ia begitu mudah dirayu dan diajak kemana saja. Hal ini sebagai akibat kesepian yang terlalu panjang.

       Jika dulu ia begitu sombong dan banyak laki-laki yang datang lalu ditolak, namun ketika usianya sudah terlalu tua, akhirnya ia menurunkan harga dan mau dengan siapa saja (jual murah). Tak jarang kita temukan kasus seorang wanita yang mau diajak “tidur” (zina) atau menyerahkan keperawanannya hanya karena takut ditinggalkan oleh kekasihnya. Tergiur rayuan gombal akhirnya ia tertipu. Setelah ini, banyak yang kemudian frustasi dan menyesal ketika diketahui pasangannya itu lari.

F.  Mengundang Cemoohan

       Tidak dapat dipungkiri, masyarakat kita menganggap jomblo itu suatu aib. Tak heran jika muncul cemoohan yang bermuara pada ejekan atau mungkin hinaan. Terlebih diperkampungan, kondisi ini akan semakin menambah tekanan mental mengingat tradisi di sana sangat anti nikah dalam usia tua.
       Dari keenam bahaya di atas dapat ditarik benang merah bahwa apapun alasannya, kehidupan membujang akan sangat riskan dari penyelewengan syariat.Terlalu lama membujang ditinjau dari sudut apapun tidak menguntungkan. Terlebih lagi bagi yang tidak berniat menikah, jelas suatu pelanggaran.


No comments: