Wednesday, 11 September 2013

BAGAIMANA CARANYA MENANTIKAN JODOH KITA YANG TAK KUNJUNG DATANG


MENANTI JODOH YANG TAK KUNJUNG DATANG

1.  Penantian Panjang
       Menanti adalah hal yang paling membosankan,apalagi menanti sesuatu yang tidak pasti.
       Sementara waktu terus berjalan; menangkas jatah usia dan menyeret nya kepada kondisi yang tidak menentu. Dalam kesendirian,kadang muncul pertanyaan, “siapa sebenarnya jodoh saya?”.
       Sebuah pertanyaan klasik yang terus mengiang dalam hati sanubari.”adakah jodoh untuk saya.”?, “benarkah jodoh itu ada?” dan segudang pertanyaan lainnya.
       Resah dan gelisah kian menghantui hari - hari sepi nya manakala usia mulai melewati kepala tiga sementara jodoh tidak kunjung datang. Apalagi jika melihat sekeliling nya, semua kawan yang seusia dengan nya bahkan yang lebih muda dari nya telah naik ke pelaminan dan ada yang sudah memiliki keturunan. Baginya ini realitas yang menyakitkan sekaligus membingungkan. Menyakitkan, manakala masyarakat mencibirnya sebagai sosok yang “tidak laku” bahkan memberinya gelar jomblo. Mebingungkan, manakala tidak ada yang mau peduli dan ambil pusing dengan masalah yang tengah di hadapinya.
       Masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di perkampungan telah menganggap jomblo itu adalah sebuah aib. Akibatnya, banyak diantara mereka menikahkan anak anak nya di usia yang sangat muda. Tindakan ini di ambil untuk menghindari gelar jomblo itu.
       Apalagi anggapan yang berkembang di kalangan wanita,semakin tua usia kian sulit mendapatkan jodoh,akan menambah keresahan dan mengikis rasa percaya diri. Maka wanita yang masih “sorangan wae” kadang memilih mengurung diri dari hari harinya di habiskan dengan berandai andai.
       Anggapan di atas secara psikologis tidak bisa disalahkan mengingat kecenderungan laki laki memilih calon istri yang usianya lebih muda atau sebanding. Logikanya, seorang laki-laki yang usia nya tua akan lebih mudah mendapatkan calon istrinya karena “pasarnya” usia di bawahnya, sementara wanita lebih sulit karena “pasarnya” usia yang lebih tua dan laki-laki di usia ini langka.
       Jadi laki-laki yang jomblo dalam hal ini berada “di atas angin” atau lebih diuntungkan. Tapi ini bukanlah teori matematis, bisa saja kejadiannya terbalik.
       Terlepas mudah atau sulitnya mendapat-kan jodoh, kesendiriannya menjadi problema tersendiri, mereka tetap saja disebut jomblo. Tak heran jika sebagian besar mencari solusi mulai dari yang rasional lewat biro jodoh hingga yang irrasional lewat perdukunan.

No comments: