Tuesday, 10 September 2013

CERITA SEKITAR PETILASAN PENINGGALAN PRABU KIAN SANTANG


Petilasan Prabu Kian Santang

       Pada tahun 1400 M, Prabu Kian Santang diangkat menjadi raja Pajajaran menggantikan Prabu Munding Kawati (Prabu Anapakem I). Ketika itu, usianya delapan puluh lima tahun. Namun tidak lama kemudian, dia melepaskan jabatannya. Tahta kerajaan dia serahkan pada Prabu Panatayuda, putera sulung Munding Kawati.
       Memang, sejak dulu Kiansantang kurang tertarik dengan jabatan dan kekuasaan. Awalnya memang dia mendalami berbagai ilmu kanuragan. Tentu saja ini ada hubungannya dengan kekuasaan. Sebab, jika ingin berkuasa waktu itu, orang harus sakti. Namun akhirnya Kian Santang lebih suka mendalami agama Islam dan menyebarkannya ke seluruh penjuru tanah Pasundan. Apalagi kini usianya sudah lanjut.
       Seperti sufi pada umumnya, fase perjalanan hidup diakhiri dengan lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Konsentrasi pikiran hanya tertuju padaNya. Kian Santang hindari segala perkara yang dapat memalingkan hati pada selain Yang Di Atas. Untuk itu Kian Santang memilih uzlah, menjauhi keramaian dan gemerlap kehidupan istana.
       Dikisahkan, seusai serah terima jabatan, Kian Santang pergi mencari tempat sepi dengan membawa sebuah peti. Mula-mula pergi menuju Gunung Ciremai yang cukup tinggi dan hawanya sangat dingin. Setelah sampai di sana, peti itu diletakkan di atas tanah. Ternyata si peti diam saja, tidak godeg (bergoyang). Ini tanda bahwa tempat itu tidak cocok untuk dihuni. Kemudian, Kian Santang meninggalkan tempat itu dan pergi ke arah barat menuju Tasikmalaya. Sesampainya di sebuah gunung, dia letakkan lagi peti tersebut. Ternyata si peti diam juga, tidak memberi isyarat bagus. Maka tempat itu pun dia tinggalkan.
       Akhirnya, dia kembali pergi menuju arah utara, ke wilayah Garut. Ketika sampai di sebuah gunung, diletakkanlah peti petunjuk itu di atas tanah. Tiba-tiba si peti godeg alias bergoyang-goyang. Ini pertanda tempat itu baik untuk dihuni. Maka disitulah Kian Santang tinggal hingga wafatnya setelah bertafakur selama sembilan belas tahun.
       Kian Santang wafat tahun 1419, dalam usia 106 tahun dan dimakamkan di Garut situ. Kini tempat itu terkenal sebagai Makam Keramat Godog atau Makam Sunan Rohmat Suci. Sekitar satu kilo meter dari tempat ini berdirilah Masjid Pusaka Keramat Godog yang konon dibangun Kian Santang semasa uzlah. Dua tempat itu menjadi bukti adanya wali yang berasal dari keluarga raja Pajajaran.
Demikianlah Kisah Cerita Syeih Sunan Rohmat Suci atau Prabu Kian Santang yang dapat saya paparkan semoga bermanfaat serta menambah wawasan bagi kita semua aamiin.

No comments: