Setiap kita yang berada dalam kehidupan di dunia ini tentunya mempunyai history atau sejarah yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. History atau sejarah ini merupakan suatu gambaran yang teramat bermakna dan bernilai tinggi untuk suatu kejadian. Begitupun dengan Padepokan Seni Bela Diri Pencak Silat Waliwis Bodas. Berawal dari Sebuah Hasil pemikiran seorang tokoh ahli Agama Islam yang terkenal dan terkemuka di Jawa Barat yang bernama Syekh Quro, Beliau merupakan murid ke 9 dari Syekh Abdul Qodiril Jaelani.
Syekh Quro adalah seorang pemimpin sebuah Pondok Pesantren tertua di Jawa Barat yang bertempat tinggal di daerah Jatijajar Karawang. Sekitar tahun 1214 M. Syekh Quro mengajarkan berbagai macam Ilmu Pendidikan Agama Islam khususnya ilmu Tilawatul Quran (ilmu membaca Al-Qur’an). Disamping itu, Beliau mendirikan Sebuah Padepokan Seni Bela Diri Pencak Silat yang dibernama Jurus 5. Jurus 5 tersebut pertama kali diajarkan hanya diperuntukkan bagi santri-santri pesantren tertentu atau dikalangan keluarga pesantren yang dijadikan senjata Pamungkas atau senjata terakhir dalam mengusir penjajahan Belanda pada waktu itu.
Tujuan utama dari pengajaran Jurus 5 ini adalah untuk membela kaum yang lemah dan teraniaya hak-haknya. Ide atau Gagasan Jurus 5 ini, diambil dari Rukun Islam yang 5 yang menjadi tanda-tanda keislaman seorang muslim. Disamping itu Jurus 5 juga merupakan realisasi atau perwujudan dari ibadah sholat 5 waktu sehari semalam sekaligus menjadi kewajiban bagi setiap muslim supaya terhindar dari perbuatan keji dan kemungkaran.
Adapun ilmu Seni Bela Diri Pencak Silat yang diajarkan oleh Syekh Quro kepada santri-santrinya, pertama mempelajari jurus keras yang diberi nama Jurus 17 diambil dari jumlah rakaat sholat sehari semalam 5 waktu sekaligus merupakan pengembangan dari Jurus 5. Jurus ini tidak banyak dimiliki oleh tokoh-tokoh persilatan dan hanya tokoh-tokoh tertentu saja yang dapat mempelajarinya. Hal tersebut karena ada suatu senjata pamungkas yang spetakurer dan luar biasa kemampuannya yaitu Jurus 5 yang merupakan Jurus Halus atau Jurus Leuleus yang bermuara dari mustika hati, sehingga memancarkan satu kekuaatan yang maha dahsyat dan dapat melemahkan kekuatan lawan-lawannya.
Meskipun demikian Para santri Syekh Quro bukan tidak mempelajari ilmu-ilmu pencak silat yang lainnya seperti : Pamacan, pamonyet, Pareredan, Cimande dan lain-lain. Para santri pada waktu itu mahir mempelajari berbagai macam ilmu penca silat, hanya saja Jurus 5 ini yang dijadikan senjata andalannya. Setelah Syekh Quro meninggal dunia, Padepokan Seni Bela Diri Pencak Silat Jurus 5 ini diteruskan oleh murid-murid kepercayaannya yaitu : Syekh Tubagus Jabil, Syekh Tubagus Sengi, Tubagus Inggi, dan Pangeran Dalem Cirebon.
Namun Pangeran Dalem Cirebon menjadi Penghianat dan menjadi Budak Kolonial Belanda karena terbujuk dengan iming-iming uang sebagai hadiah. Atas perintah Kolonial Belanda, Pangeran Dalem Cirebon diperintah untuk menangkap “pengacau-pengacau” yang ingin memerdekakan daerahnya. Maka tertangkaplah pada waktu itu Syekh Tubagus Inggi dan Tubagus Sengi yang diberikan hukuman pancung oleh Pemerintahan Kolonial Belanda hingga akhirnya meninggal dunia karena laporan dari Pangeran Dalem Cirebon yang berkhianat kepada temannya sendiri. Sedangkan Syekh Tubagus Jabil dapat menyelamatkan diri dari penangkapan kolonial belanda yang kemudian menghilang tidak ada kabar beritanya.
Setelah masa yang cukup lama sampai pada pertengahan tahun 1960-an, baru terdengar lagi ada tokoh persilatan didaerah Cianjur, Sukabumi dan Sumatra yang mengembangkan lagi Jurus 5. Dua Tokoh Persilatan ini bernama Aceng di Sukabumi dan Gan Encun di Cianjur Tengah. Delapan tahun kemudian muncul kembali Jurus 5 di daerah Cianjur yang dipimpin oleh seorang tokoh persilatan yang bernama M. Oding. Beliau mengajarkan Jurus 17 Keras dan Jurus 5 Halus atau Leuleus. Gerakannya sangat monoton sehingga membosankan dan menjenuhkan bagi yang mempelajarinya karena tidak memiliki Asror atau gerakan tubuh.
Hal itu memunculkan seorang tokoh persilatan terkemuka yang ahli dibidang Asror atau Gerakan Tubuh yang bernama M Hadni. Kemudian kedua tokoh persilatan ini berembuk dan bermusyawarah untuk menyamakan persepsi dalam memadukan dua kekuatan tersebut yaitu Jurus 5 dengan Asror/gerak tubuh yang bertujuan agar dapat mengolah gerak tubuh, artinya supaya dapat menggerakan anggota badan, dapat mengontrol kekuatan diri sendiri apakah sudah sempurna atau belum, serta dapat mengontrol keadaan lawan dengan menggunakan Jurus 5.
Setelah kedua tokoh persilatan tersebut meninggal dunia, dilanjutkan oleh muridnya yang bernama Adang Ruchijat yang bertempat tinggal di daerah Batujajar – Jawa Barat. Beliau semula hanya mengajarkan dikalangan keluarga terdekat saja, namun lama kelamaan berita tentang adanya Jurus 5 berkembang dengan pesat sehingga dapat diterima manfaat oleh masyarakat pada waktu itu. Atas dasar permintaan dan desakan dari warga masyarakat yang berkeinginan untuk mempelajari Jurus 5 karena dapat merasakan manfaatnya, akhirnya tokoh persilatan yang benama Adang Ruchijat meresmikan Padepokan Pencak Silat Jurus 5 secara terbuka sehingga dapat dipelajari oleh semua orang, yang kemudian berganti nama menjadi : Padepokan Seni Bela Diri Pencak Silat Waliwis Bodas.
Kata Waliwis Bodas sendiri berasal dari 3 kata yaitu : Wali mengandung arti penyebar Agama Islam di pulau Jawa, Wis berasal dari bahasa Jawa yang mengandung arti Sudah, sedangkan Bodas berasal dari bahasa Sunda yang mengandung arti Putih atau Suci. Dengan kata lain, seluruh anggotanya diharapkan memegang amanah untuk meneruskan perjuangan para wali dalam rangka menegakkan Syariat Ajaran Agama Islam dengan penuh keikhlasan dalam melaksakan segala amal peribadahannya. Padepokan ini memiliki Motto Perguruan “ INSUN RAHAYU BALAREA WALUYA “ yang artinya : Kita yang memiliki Ilmu akan selamat sedangkan orang lain tidak apa-apa, maksudnya kita punya misi untuk menyadarkan manusia yang belum menyadari kebenaran agama tanpa harus melukainya.
Atas dasar musyawarah itulah maka Padepokan Seni Bela Diri Pencak Silat Waliwis Bodas diresmikan secara terbuka kepada masyarakat pada tanggal 19 Oktober 1989 di rumah kediaman Sesepuh Padepokan yang bernama Adang Ruchijat. Semua ajaran-ajarannya masih berkembang sampai sekarang, bahkan murid-muridnya menyebar keseluruh pelosok di Indonesia seperti di lingkungan pesantren-pesantren, di sekolah ternama di Jawa Barat, di instansi swasta maupun pemerintahan dan lain-lain.
Demikian sekelumit sejarah berdirinya Padepokan Seni Bela Diri Pencak Silat Waliwis Bodas. Akhir kata penulis mohon beribu maaf jika terdapat banyak kekeliruan dalam menguraikan sejarah singkat tersebut. Semoga dapat menjadi gambaran dan sedikit tambahan pengetahuan serta ada manfaatnya untuk kita semua, Aamiin yaa Robbal a’lamiin.
Sunday, 14 February 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)